Pamekasan — Dalam rangka memperingati Hari Jadi (Harjad) ke-80 Provinsi Jawa Timur, Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur IV ( BAKORWIL IV ) Pamekasan, menggelar Festival Sapi Sonok 2025, Minggu (2/11/2025).
Kegiatan budaya khas Madura ini berlangsung meriah dan disambut antusias oleh masyarakat dari berbagai kabupaten, mulai Bangkalan, Sampang, Pamekasan, hingga Sumenep.
Festival yang menjadi ikon budaya kebanggaan masyarakat Madura tersebut menampilkan 20 pasang sapi Sonok dari berbagai daerah.
Peserta terdiri atas dua pasang sapi dari Kabupaten Sampang, sembilan pasang dari Kabupaten Pamekasan, dan sembilan pasang dari Kabupaten Sumenep.
Mewakili Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Dr. Indyah Ariyani, hadir dalam acara tersebut dan menyampaikan apresiasi atas semangat masyarakat Madura dalam melestarikan budaya lokal.
Festival Sapi Sonok sendiri merupakan ajang penampilan sapi betina yang dinilai berdasarkan keindahan postur tubuh, keanggunan gerak, serta keserasian langkah mengikuti irama musik tradisional Madura, Saronen.
Tradisi ini sering diibaratkan seperti “fashion show” untuk sapi, di mana peserta sapi dipoles layaknya kontes kecantikan yang menampilkan pesona dan ketangkasan.
Selain sebagai hiburan, festival ini juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Tradisi Sapi Sonok terbukti meningkatkan harga jual sapi Madura, memperkuat ekonomi masyarakat, serta melestarikan kekayaan budaya khas Pulau madura yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia.
Ia juga menegaskan bahwa Sapi Madura memiliki keunggulan tersendiri, baik dari segi ketahanan tubuh, kualitas daging, maupun daya adaptasi terhadap lingkungan.
“Bahkan, Kementerian Pertanian RI telah menetapkan Sapi Madura sebagai ras plasma nutfah asli Jawa Timur melalui Keputusan Menteri Pertanian tahun 2010,” katanya, Minggu (2/11/2025).
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Pamekasan, H. Sukriyanto, menyampaikan ucapan selamat datang kepada para tamu dan peserta. Menurutnya, festival Sapi Sonok merupakan bentuk pengembangan potensi budaya lokal.
“Tradisi ini pertama kali ditemukan di Desa Waru, Kabupaten Pamekasan, pada tahun 1970, dan hingga kini terus dilestarikan oleh masyarakat Madura,” terangnya.
Salah satu peserta festival Sapi Sonok Alvin, mengatakan, dirinya sangat bangga karena Kabupaten Pamekasan bisa menjadi tuan rumah festival Sapi Sonok tahun 2025.
Pemilik pasangan sapi bernama Aman Jaya dengan nomor urut 1 ini mengaku, kecintaannya terhadap budaya lokal sudah tertanam sejak lama.
Bahkan, mahasiswa Program Studi Peternakan Universitas Madura asal Desa Batu Kerbuy, Kecamatan Pasean, ini mengaku bangga dapat berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini.
“Tahun ini kami bangga karena Pamekasan menjadi tuan rumah. Ini kesempatan memperkenalkan budaya Madura lebih luas, terutama kepada generasi muda,” ujarnya.
Rohib, salah satu penonton asal Pamekasan, mengaku sangat kagum melihat antusias masyarakat.
Dengan semangat kebersamaan, Festival Sapi Sonok 2025 tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga wujud cinta masyarakat Madura terhadap warisan budaya yang luhur, sekaligus mendorong potensi ekonomi dan pariwisata daerah.
“Festival ini bisa menarik perhatian anak muda Gen Z agar lebih mencintai budaya lokal. Dari perhiasan sapi hingga musik saronen, semua tampak megah dan indah,” ungkapnya. (ahbib/rosyi)























